engkaulah berkas cahaya yang tak pernah padam. di hidupku.
ibu. ribuan makna kujumpai di kerutan wajahmu.keindahan senyummu. ketenangan sikapmu.ibu. selalu kuburu nasihat hidupmu.hingga ke liang-liang intonasi bicaramu. sampai rona matamu.ibu. diam-diam aku mencuri kesedihanmu.gelisah hatimu. tapi tak pernah kau tunjukkan.ibu. darimana asal dirimu. hingga aku merasakau tak pernah mati dalam hatiku. setiap waktu.ibu. haruskah aku terharu setiap menuliskan tentangmu?
aku tak pernah lagi menjumpaimu terlelap, ketika di pagi aku terbangun. kapan kau bangun ibu?apa kau tak pernah tidur untuk mendoakanku?. aku tak pernah lagi melihatmu menangis ketika aku mulai dewasa. apa kau tak pernah bersedih hanya lantaran tidak ingin membuatku memikirkanmu?. aku tak pernah lagi melihatmu mengeluh, dimana kau sembunyikan lelahmu? bahkan kau tak pernah berhenti merawatku.
ibu. betapa aku mencintaimu. sudah kukirimkan salamku tiap pagi lewat teduhnya mentari seteduh kasih sayangmu. telah kukirimkan rasa hormatku lewat angin semilir di kala siang sesejuk petuahmu. dan telah kukirimkan do'a dan cintaku lewat keheningan malam sehening dan sedalam misteri hatimu.
ibu. betapa kau rindu padamu. selalu aku ingin memimpikanmu. aku tak pernah meninggalkanmu dalam niat-niatku. semua kulakukan hanya untukmu. andai saja aku punya waktu, sudilah kau mengelus kepalaku.
ibu. sudah lama aku ingin mencium kakimu.
ibu. ribuan makna kujumpai di kerutan wajahmu.keindahan senyummu. ketenangan sikapmu.ibu. selalu kuburu nasihat hidupmu.hingga ke liang-liang intonasi bicaramu. sampai rona matamu.ibu. diam-diam aku mencuri kesedihanmu.gelisah hatimu. tapi tak pernah kau tunjukkan.ibu. darimana asal dirimu. hingga aku merasakau tak pernah mati dalam hatiku. setiap waktu.ibu. haruskah aku terharu setiap menuliskan tentangmu?
aku tak pernah lagi menjumpaimu terlelap, ketika di pagi aku terbangun. kapan kau bangun ibu?apa kau tak pernah tidur untuk mendoakanku?. aku tak pernah lagi melihatmu menangis ketika aku mulai dewasa. apa kau tak pernah bersedih hanya lantaran tidak ingin membuatku memikirkanmu?. aku tak pernah lagi melihatmu mengeluh, dimana kau sembunyikan lelahmu? bahkan kau tak pernah berhenti merawatku.
ibu. betapa aku mencintaimu. sudah kukirimkan salamku tiap pagi lewat teduhnya mentari seteduh kasih sayangmu. telah kukirimkan rasa hormatku lewat angin semilir di kala siang sesejuk petuahmu. dan telah kukirimkan do'a dan cintaku lewat keheningan malam sehening dan sedalam misteri hatimu.
ibu. betapa kau rindu padamu. selalu aku ingin memimpikanmu. aku tak pernah meninggalkanmu dalam niat-niatku. semua kulakukan hanya untukmu. andai saja aku punya waktu, sudilah kau mengelus kepalaku.
ibu. sudah lama aku ingin mencium kakimu.
aku adalah cahaya paling redup di hidupmu. tak pernah menerangi jalan-jalan yang kau tapaki. aku tak terlihat diantara gemerlap anggunmu, tak pernah terlihat mengisi kekosonganmu. tak pernah menjadi penunjuk arahmu. tak akan pernah menjadi lentera hatimu.
aku adalah cahaya yang tak pernah ada. sekali lagi tak pernah ada. meskipun aku ini ada. sedangkan aku tak pernah terlihat sebagai cahaya di matamu, entah sebagai apa.
aku adalah cahaya yang terlalu lama menunggu. hingga tak pernah lagi mampu membaca wajahmu. tak sanggup lagi merenda bau tubuhmu. dan tak akan pernah samapai pada keheningan nafasmu.
aku adalah cahaya yang bukan cahaya. yang selalu temaram. menjadi buram dan kelam. bahkan kau tak tahu disini ada aku yang mengirimimu do'a malam-malam.
aku adalah cahaya yang selalu kau hindari. karena aku bukan cahaya matahari. yang membikinmu tak pernah berhenti :menari, sesuka hatimu.dan aku aku adalah cahaya diantara sejuta cahaya yang mengelilingimu. menantikan remahan katamu jatuh. lalu kami lumuri dengan harapan : agar selalu kau lihat.
aku adalah pendar cahaya yang paling redup. yang tak pernah kau anggap hidup.
aku adalah cahaya yang tak pernah ada. sekali lagi tak pernah ada. meskipun aku ini ada. sedangkan aku tak pernah terlihat sebagai cahaya di matamu, entah sebagai apa.
aku adalah cahaya yang terlalu lama menunggu. hingga tak pernah lagi mampu membaca wajahmu. tak sanggup lagi merenda bau tubuhmu. dan tak akan pernah samapai pada keheningan nafasmu.
aku adalah cahaya yang bukan cahaya. yang selalu temaram. menjadi buram dan kelam. bahkan kau tak tahu disini ada aku yang mengirimimu do'a malam-malam.
aku adalah cahaya yang selalu kau hindari. karena aku bukan cahaya matahari. yang membikinmu tak pernah berhenti :menari, sesuka hatimu.dan aku aku adalah cahaya diantara sejuta cahaya yang mengelilingimu. menantikan remahan katamu jatuh. lalu kami lumuri dengan harapan : agar selalu kau lihat.
aku adalah pendar cahaya yang paling redup. yang tak pernah kau anggap hidup.
kita adalah perbincangan yang tak pernah usai. terlalu panjang dan tak akan selesai. meskipun bait-bait telah kau susun dan ayat demi ayat kau taburkan di pikiranku, aku tak pernah sanggup mengeja baris-baris kata-katamu. sedangkan kita masih disini, menelan cuaca dan angin sembari menunggu percakapan kita terburai.
"....aku tak akan pernah tertambat pada satu dermaga, sedang ombak menawarkan aku begitu banyak interupsi dan ruang-ruang di geladak kapalmu tak ayal sebagai persinggahanku,.."
I.
aku justru tertegun, di desiran angin yang membawaku padamu
sedang aku selalu lupa pada serak wajahmu yang mengabur
II.
aku justru heran, aku tak pernah sampai pada keputusanku sendiri
sedang aku juga selalu menafikkan dimana aku harus pulang
III.
aku tak pernah paham, badai apa yang kuhadang malam-malam bersamamu
hingga, tubuh ini penuh gigil dan mulut kita pernah bisa terbuka
IV.
aku tak pernah sampai, di dermaga yang kau janjikan
meskipun ribuan isyarat telah kau kirimkan lewat kabu-kabut
V.
aku tak pernah lagi, tertambat pada satu dermaga
karena ombak menawarkanku begitu banyak interupsi
sedang kita tak pernah bertemu di sisi panatai yang sama.
I.
aku justru tertegun, di desiran angin yang membawaku padamu
sedang aku selalu lupa pada serak wajahmu yang mengabur
II.
aku justru heran, aku tak pernah sampai pada keputusanku sendiri
sedang aku juga selalu menafikkan dimana aku harus pulang
III.
aku tak pernah paham, badai apa yang kuhadang malam-malam bersamamu
hingga, tubuh ini penuh gigil dan mulut kita pernah bisa terbuka
IV.
aku tak pernah sampai, di dermaga yang kau janjikan
meskipun ribuan isyarat telah kau kirimkan lewat kabu-kabut
V.
aku tak pernah lagi, tertambat pada satu dermaga
karena ombak menawarkanku begitu banyak interupsi
sedang kita tak pernah bertemu di sisi panatai yang sama.
"sedangkan, masih banyak jarak yang terselip diantara intonasi dan nada suara kita, dan
sudah terlalu lama kita tak pernah sampai pada satu tujuan..."
"sementara sudah terlalu lama kita berdiri di sisi yang salah, sedangkan nafas kita tinggal seperempat hari lagi"
"kalau saja kemarin kita buka percakapan ini dengan kalimat peribahasa, kita tak perlu lagi memburu majas-majas yang berlarian di antara sela-sela perdebatan kita"
"lalu, apa yang kuharapkan lagi dari pertemuan ini selain pertanyaan baru?"
sudah terlalu lama kita tak pernah sampai pada satu tujuan..."
"sementara sudah terlalu lama kita berdiri di sisi yang salah, sedangkan nafas kita tinggal seperempat hari lagi"
"kalau saja kemarin kita buka percakapan ini dengan kalimat peribahasa, kita tak perlu lagi memburu majas-majas yang berlarian di antara sela-sela perdebatan kita"
"lalu, apa yang kuharapkan lagi dari pertemuan ini selain pertanyaan baru?"
"mana mungkin aku kembali, ribuan jejak sudah ku hapus kemarin,
yang tersisa kini hanya sebatas jarak,..."
; kita sebenarnya sama sekali tak tahu, seberapa jauh kita dari yang kita inginkan...
atau seberapa dekat kita dengan yang kita tinggalkan. atau berapa hari atau hanya sepenggal musim kita sudah berjalan? selebihnya hanyalah kesalahan kita sendiri, menuai hasil dari perjalanan kita.
antara yang tertempuh, belum tertempuh dan yang tak tertempuh adalah samar.
antara keadaan, hasrat dan nafsu adalah sejengkal jarak.
antara mimpi, cita-cita dan harapan adalah kemiripan.
sedangkan, antara kita, mereka dan dia adalah perbedaan.
di perbatasan ini, mataku berdiri. menangkap setiap pecahan cerita yang terlempar dari pertunjukkan hidup.di tengah perjalanan ini, aku berpikir. adakah keinginanku kutemui di ujung perjalanan ini.
yang tersisa kini hanya sebatas jarak,..."
; kita sebenarnya sama sekali tak tahu, seberapa jauh kita dari yang kita inginkan...
atau seberapa dekat kita dengan yang kita tinggalkan. atau berapa hari atau hanya sepenggal musim kita sudah berjalan? selebihnya hanyalah kesalahan kita sendiri, menuai hasil dari perjalanan kita.
antara yang tertempuh, belum tertempuh dan yang tak tertempuh adalah samar.
antara keadaan, hasrat dan nafsu adalah sejengkal jarak.
antara mimpi, cita-cita dan harapan adalah kemiripan.
sedangkan, antara kita, mereka dan dia adalah perbedaan.
di perbatasan ini, mataku berdiri. menangkap setiap pecahan cerita yang terlempar dari pertunjukkan hidup.di tengah perjalanan ini, aku berpikir. adakah keinginanku kutemui di ujung perjalanan ini.
Langganan:
Postingan (Atom)