Kamis, 30 Mei 2013 0 komentar

Suatu sore di Cawang-Cikoko

Hai gadis beralis senyuman, bicaralah. Diammu terlalu sulit untuk aku artikan....

Sore itu.
Orang-orang lalu-lalang, berombak, berbuih menenggelamkan perbincangan kita. Aku mendekat. Kaupun melemparkan jala. Aku ikan yang terperangkap. Aku pasrah. Kaupun serupa kail pancing yang menari-nari, di tengah keributan ini, di sepanjang sore ini.

Sore itu.
Jalanan tampak mengerucut, kita sengaja berlari kecil menuju oranye di ujung sana. Kita sengaja berlarian, berlompatan, aku lagi-lagi tenggelam diantara manusia. Dan tiba-tiba kaupun hilang.

Sore itu.
Aku menyelam. Tenggelam lagi, di dasar kaki-kaki. Kaupun berkelebat. Sekilas kau terlihat diantara dua sisi jalan yang teramat dekat. Aku tak ingat.

(masih) Sore itu.
Tiba-tiba aku tersadar, diantara tatapan orang-orang.  Mereka masih lalu-lalang. Kaupun terlanjur hilang.

Hai gadis bermata rindu, kemana aku harus mencarimu.







Depok, 4 Mei 2013




 
;