Kamis, 15 Oktober 2009

mengendapkan matahari di reruntuhan malam

dulu, ketika aku berdiri diatas bukit-bukit
yang penuh dengan bunga,
mataku seakan tak pernah terpejam,
selalu memandang ke arah matahari dan awan-awan,
meskipun ku sadari,
hari itu akan berlalu singkat, sebelum aku
menemukan beberapa diantara bunga yang sedang ku pilih

: seolah hari demi hari telah berlalu begitu lama....

dan ku lihat angin sore waktu itu terlalu samar
untuk ku artikan menjadi bingkai dan lukisan
kejernihan hati, kedalaman pikiran dan kepekaan perasaan,
dan aku sadar bahwa aku tak sanggup untuk
meniupkan hujan diatas bunga-bunga -di perbukitan itu-

:ketika senja turun dan memanggilku dari kejauhan, aku baru saja bangun dari ke-tidakmengertian-ku dan malam selalu saja datang terlalu terburu-buru,...
dan biarlah hujan turun dan membasuh seluruh rongga di tanah dan
rerumputan itu -sehingga akan kudapati- ketika malam
terus berlalu kan kupasang sebuah kelengkapan perjalanan
di tepi-tepi kesunian malam,
untuk menjemput matahari-dalam keraguan-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;