Ada kalanya kau harus mendengarkan suara hatimu, mendalami rahasianya, memaknai hikmahnya.
Ada kalanya kau harus mematuhi rasa pikirmu, menuruti keinginannya, meresapi hasratnya.
Ada kalanya kau harus menuliskan wasiatmu, mengeja petunjuknya, menelusuri arah tujuannya.
Pudarlah segala rahasia, yang terselip diantara perjumpaan-perjumpaan kita.
Lalu berbaringlah di pundakku, hai wanitaku. Kita akan menghabiskan malam dengan lilin-lilin yang pendar cahayanya teduh. Kita akan tidur dengan pengantar musik irama negeri seberang, suasana kota Jakarta.
Tak perlu lagi kau khawatirkan, apa besok kita akan bertemu di tempat biasa. Karena sepnjang malam ini, kenangan terbaik apa yang bisa kita ciptakan?
Langit mega yang menguning dan laut lepas berwajah kunang-kunang, dibaliknya perahu-perahu merapat lambat dan siap tertambat. Dermaga yang temaram, pelabuhan terakhir bagi yang memuja sunyi. Pasir-pasir mengendap lindap dengan tenang, orang-orang sudah terlalu lama menunggu dan bergegas pulang
Para nelayan bersiap, menggendong jala-jala. Wajah-wajah gelisah terekam dari balik bulan purnama. Ooo,,malam tak pernah terlambat datang.
Burung camar melayang-layang, membelah ombak. Menunggu matahari berpamitan pada dunia di belahan ini.
Sepasang kekasih bergandengan tangan, menyusuri cakrawala. Perbincangan yg tiada maksud dan ujungnya, tetap renyah diantara suasana senja.
Sore itu.
Orang-orang lalu-lalang, berombak, berbuih menenggelamkan perbincangan kita. Aku mendekat. Kaupun melemparkan jala. Aku ikan yang terperangkap. Aku pasrah. Kaupun serupa kail pancing yang menari-nari, di tengah keributan ini, di sepanjang sore ini.
Sore itu.
Jalanan tampak mengerucut, kita sengaja berlari kecil menuju oranye di ujung sana. Kita sengaja berlarian, berlompatan, aku lagi-lagi tenggelam diantara manusia. Dan tiba-tiba kaupun hilang.
Sore itu.
Aku menyelam. Tenggelam lagi, di dasar kaki-kaki. Kaupun berkelebat. Sekilas kau terlihat diantara dua sisi jalan yang teramat dekat. Aku tak ingat.
(masih) Sore itu.
Tiba-tiba aku tersadar, diantara tatapan orang-orang. Mereka masih lalu-lalang. Kaupun terlanjur hilang.
Hai gadis bermata rindu, kemana aku harus mencarimu.
Depok, 4 Mei 2013
Perempuan bertudung duka keluar dari balik kamar rahasia, tergesa-gesa. Menjemput anak kecil yang menangis di bawah lampu, yang duduk termangu, yang sudah bosan membaca cuaca, lelah mengeja peristiwa. Lihatlah, kereta kuda berkaki delapan belas melaju, menerbas, beringas. Dihadanglah ribuan pelayat pikun yang terburu-buru, yang setia, merapal doa demi doa.
Ada manusia berbau bunga melati, menekuri tasbih, dari matanya keluar mutiara. Di sampingnya bapak-bapak yang lelah, tatapan matanya selalu gelisah.Mungkin karena menanggung dosa atau rasa bersalah.
Seorang wanita paruh baya memapah kakek tua berwajah tuhan, berbaju baju orang-orang di pemakaman. Gadis malang betubuh mungil di gendong penyair, berteriak tentang sajak berirama dua, tak jelas, samar-samar bunyinya. Kucing liar bermata emas meloncat, melewati orang-orang yang terperanjat.
Orang gila berbaju raja, duduk tenangnya, menulis cerita.
Jakarta, 4 Maret 2013
ada hujan di luar sana, yang menurunkan sepi juga air mata,
tidak peduli sekarang malam atau shubuh,
perjumpaan kita tak akan pernah kembali
terlalu lama dingin berdiam, menjelma gigil yang
By looking through her eyes
Wandered through my head
I wept just like a baby
As I lay awake in bed
I used to think death was the end
But that was before
I’m not scared anymore,
I know that my soul will transcend
Don’t weep at my grave
Because I am no longer here
But please never let
Your memory of me disappear
Bagus A, Depok Maret 2012.
The Spirit Carries On Lyrics by John Petrucci
Nicholas :
Where did we come from ?
Kita berasal dari mana ?
Why are we here ?
Kenapa kita berada di sini ?
Where do we go when we die?
Jika kita mati ke mana kita pergi ?
What lies beyond ?
apakah yang ada di baliknya
And what lay before ?
Apa yang terjadi sebelumnya
Is anything certain in life?
Apakah hidup ini memang sudah ditentukan ?
They say, life is too short,
Mereka bilang: hidup ini terlalu pendek
The here and the now
Disini dan sekarang
And you’re only given one shot
Dan kau hanya diberi satu kali kesempatan
But could there be more,
Tapi apa mungkin lebih dari itu
Have I lived before,
Apa aku pernah hidup sebelumnya
Or could this be all that weve got?
Atau emang hanya ini yang kita dapat?
If I die tomorrow I’d be allright
Jika aku mati besok, aku kan baik saja
Because I believe That after we’re gone
Karena aku percaya, walaupun setelah kita tidak ada
The spirit carries on
Jiwa ini akan tetap ada
I used to be frightened of dying
Dulu aku sangat takut akan kematian
I used to think death was the end
Dulu aku pikir kematian adalah akhir
But that was before, Im not scared anymore
Tapi itu dulu, sekarang aku tak takut lagi
I know that my soul will transcend
Aku tau jiwaku akan berpindah
I may never find all the answers
Aku mungkin tak akan pernah menemukan semua jawabannya
I may never understand why
Aku mungkin tak akan pernah mengerti mengapa ini terjadi
I may never prove What I know to be true
Aue juga tak akan bisa membuktikan segala yang aku tau itu benar
But I know that I still have to try
Tapi aku tau bahwa aku harus tetap mencoba
Victoria :
Move on, be brave, Dont weep at my grave
Ayo, beranilah, jangan menangis di kuburanku
Because I am no longer here
Karena aku tak lagi berada disini
But please never let your memory of me disappear
Tapi tolong jangan biarkan kenangan tentangku terhapus dari pikiranmu
Nicholas :
Safe in the light that surrounds me
Aman dalam cahaya yang mengelilingiku
Free of the fear and the pain
Terbebas dari rasa takut dan kepedihan
My questioning mind Has helped me to find
Pikiranku yang terus bertanya telah membantuku menemukan
The meaning in my life again
Arti dari hidup ku lagi
Victoria’s real I finally feel
Victoria (nama orang) benar, akhirnya aku merasakan
At peace with the girl in my dreams
Kedamaian dengan gadis impianku
And now that Im here Its perfectly clear
Sekarang aku di sini, segalanya telah jelas
I found out what all of this means
Aku tau apa arti semua ini
semestinya tidak ada majas atau peribahasa hari ini,
hanya saja, waktu terpaksa menjemputku menuju tempat yang jauh darimu,
hari ini aku akan pergi, sayang.
sedangkan, aku bahkan tak sempat memanggilmu, sayang.
tiba-tiba aku tersesat di pandangan matamu,
nafasku terengah-engah, karena memburu arti kalimatmu.
bibirku pun sudah kelu, bahkan sebelum kamu datang.
pertemuan ini serasa iring-iringan pernikahan,
selalu ada kebahagiaan, tapi entah kenapa terselip kesedihan.
kamu tahu? jam dinding di ujung sana seolah menghakimi kita,
harusnya, kamu datang lebih cepat disini,
aku masih ingin menggenggam tanganmu, lebh lama lagi,
tak ada lagi yang perlu ku katakan,
tapi bukan memang tak ada yang perlu untuk dikatakan,
lebih baik aku menikmati keheningan ini, kebersamaan ini,
jarum jam pun meruncing, ruangan ini pun terasa terlipat-lipat,
lalu aku mulai mengukur jarak antara dadaku dan kedua matamu,
antara rinduku dan senyumanmu,...
8 Desember 2011
aku duduk sendirian,
di pangkuan senja, di pelukan sore
hanya dingin yang setia,
pada hati ini yang setengah lupa,
sudah ku tunggu semenjak setengah musim terakhir,
ada perjumpaan yang aku impikan,
ada pertemuan yang aku rencanakan,
tapi masih ada rindu yang tak bertuan.
hujan sore ini begitu tenangnya,
bahkan aku tak bisa mengeja bahasanya,
rintik air-nya serupa penantianku, penantian rasa,
sedangkan gemericiknya persis was-was didalam dada,
o...malam yang menua,
haruskah aku sampai padanya dengan tergesa-gesa?
Madiun, 4 Desember 2011
dan itulah yang mereka sebut cinta.
yang mereka anggap suci dan abadi.
yang seolah tak pernah takan ada.
aku merasa seperti itu.
cinta dan logika .terlalu munafik untuk satu.
cinta dan nafsu.terlalu tabu untuk mereka ucapkan.
cinta dan kasih .terlalu suci untuk mereka rasakan.
cinta dan kegilaan.terlalu mendramatisir suasana.
kebanyakan adalah tak mereka mengerti. sebab ,cinta adalah hakikat.
cinta adalah anugerah. yang tak bisa diciptakan dan tak bisa dimusnahkan.
meski cinta adalah pendosa. dan meski cinta adalah lara.
tapi cinta adalah jiwa yang tak pernah diam untuk bicara dan menggema di dengungan usia-usia manusia.
walau arti dan makna yang terlahir dari mulut manusia untuk mewakili hakikat cinta, tak akan pernah sampai. hingga manusia menemukan dirinya sendiri-dalam keadaan- tanpa siapa, apa, dimana
atau bagaimana ia sebagai manusia.
dan di dalam dirinya tidak ada siapapun -bahkan jasadnya-.
tinggalah jiwa dan cinta menyatu dalam Kemegahan-Nya.
jika manusia mencapai derajat tersebut ,
barulah ia meyakini dan mengilhami Yang disebut Cinta itu-padahal manusia tak tahu sama sekali dengan apa Tuhan menyebutnya.-
20 Maret 2007
yang terdalam dari sebuah jurang bukanlah dasar jurang
itu, namun ke-emosi-an dan penglihatan, -seberapa
ketakutan - orang yang menengok jauh di dasar jurang
itu.
yang tertinggi dari sebuah gunung
tertinggipun, bukanlah sesuatu yang ada di puncak,
tapi bagaimana seseorang memahami dan memaknai ke-tertinggian itu.
yang terbaik dari seorang kekasih,bukanlah cinta dan kasih sayang yang
dicurahkan kepada kekasihnya, namun bagaimana
kekasihnya menghargai dan memaknai setiap centi dan
detik yang diberikan oleh kekasihnya itu.
15 maret 2007
:derit pintu masih merintih-rintih, sedangkan hujan tak kunjung berhenti, selalu riwis di rongga dada.....
Malam pun pecah, dinding-dinding meretak,
langit-langit mulai berjatuhan, dan hening seakan menjelma ketakutan,
sekelebat bayangan masa lalu hanya meninggalkan luka menganga,
adalah mereka yang sudah terukir kisahnya, yang tidak perlu disebut namanya,
(andaikan diam adalah jawaban atas segala keputusasaan, maka tangis hanyalah serupa pelampiasan)
Tuhan, datanglah aku dengan kegetiran,
di tanganku bertumpuk dosa, dan kepalaku mendidih,
rambutku rambut api, menyalak bagai obor pesta,
simpuh ini bukan kesedihan, melainkan nelangsa yang sudah semusim tak kunjung reda,
aku tersungkur di sajadah-Mu yang panjang,
hingga aku tak tahu dimana ujungnya,
aku ini manusia biadab, yang Kau sembunyikan dari manusia beradab,
mulutku penuh lumpur, sedangkan mataku sudah tak mampu melihat mana yang jelas mana yang kabur,
aku tahu, sebentar lagi tulang belulang ini nanti akan hancur,
Tuhan, adalah aku manusia peminta,
dibawanya aku oleh nafsu ke tempat tak bernama,
disana aku dikubur dalam-dalam,
hingga rasa syukur ini semakin tenggelam,
dan adalah aku manusia serakah,
di dahiku penuh darah,
hati ini bahkan sudah bernanah,
Tuhan, (jika masih ada) kasih sayang yang Kau titipkan pada ujung sepertiga malam,
aku ingin menjemputnya, sebelum pagi tiba,
aku ingin merasakan hikmahnya,
sunyi segeralah pulang, dan selimutilah aku dengan mimpi yang terang,....
10 Oktober 2011
:adalah angin yang mengalun bagai lagu penutup pesta di malam yang damai, seperti itulah hadirmu, disini.
Jika pertemuan kita adalah sebaris puisi, maka setiap kalimatmu adalah frase aforisme dan senyumanmu adalah peribahasa. Sedangkan aku selalu suka metafora dalam pandangan matamu.
Jika perjumpaan ini adalah sebait lagu, kamu adalah notasi notasi minor diantara begitu banyak barisan partitur yang berjejal drescendo, membuat dinamika yang berbeda dalam harmony nada bicaramu seakan alto yang mempesona.
Jika perbincangan kita adalah suatu sore, kamu adalah gerimis, yang selalu menyejukkan, setelah seharian aku berkelana di antara begitu banyak asap, menyusuri berbagai lekukan jalanan.
Jika diam diantara kita adalah suatu malam, kita malam yang dingin dan sunyi, selalu ada ruang bagi kita untuk saling mengisi, sampai pagi menjelang kita masih bisa menghapus sebagian masa lalu yang telah kita lewati.
Jika perpisahan kita adalah sebuah buku, kamu adalah sebuah halaman, diantara begitu banyak lembaran, sedangkan aku adalah sebuah pembatas, dimana suatu saat aku bisa merapal kertas demi kertas, untuk menemukanmu lagi, membacamu sekali lagi..
naskah kembali ditulis, diatas lembaran-lembaran bernama perjalanan kehidupan.
alur dan setting sudah sedari tadi menunggu, menunggu diceritakan.
tokoh dan karakter sudah siap, siap untuk dimainkan.
sedangkan awal dan akhir cerita belum ada yang tahu. entah dimana.
episode ini tidak akan pernah berakhir.
ibu. ribuan makna kujumpai di kerutan wajahmu.keindahan senyummu. ketenangan sikapmu.ibu. selalu kuburu nasihat hidupmu.hingga ke liang-liang intonasi bicaramu. sampai rona matamu.ibu. diam-diam aku mencuri kesedihanmu.gelisah hatimu. tapi tak pernah kau tunjukkan.ibu. darimana asal dirimu. hingga aku merasakau tak pernah mati dalam hatiku. setiap waktu.ibu. haruskah aku terharu setiap menuliskan tentangmu?
aku tak pernah lagi menjumpaimu terlelap, ketika di pagi aku terbangun. kapan kau bangun ibu?apa kau tak pernah tidur untuk mendoakanku?. aku tak pernah lagi melihatmu menangis ketika aku mulai dewasa. apa kau tak pernah bersedih hanya lantaran tidak ingin membuatku memikirkanmu?. aku tak pernah lagi melihatmu mengeluh, dimana kau sembunyikan lelahmu? bahkan kau tak pernah berhenti merawatku.
ibu. betapa aku mencintaimu. sudah kukirimkan salamku tiap pagi lewat teduhnya mentari seteduh kasih sayangmu. telah kukirimkan rasa hormatku lewat angin semilir di kala siang sesejuk petuahmu. dan telah kukirimkan do'a dan cintaku lewat keheningan malam sehening dan sedalam misteri hatimu.
ibu. betapa kau rindu padamu. selalu aku ingin memimpikanmu. aku tak pernah meninggalkanmu dalam niat-niatku. semua kulakukan hanya untukmu. andai saja aku punya waktu, sudilah kau mengelus kepalaku.
ibu. sudah lama aku ingin mencium kakimu.